Header

Membangun Komunikasi Produktif Menjadi Ibu Profesional

24 comments
Konten [Tampil]
komunikasi produktif
Komunikasi adalah kunci utama dalam sebuah hubungan. Dengan melakukan komunikasi produktif, artinya pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara, baik itu oleh pasangan maupun anak-anak. Istilah menyebutkan seorang ibu adalah jantung keluarga, maka sangat penting bagi seorang ibu untuk bisa melakukan komunikasi produktif pada tiap anggota keluarga.

Hal ini menjadi kunci utama menuju keluarga harmonis karena komunikasi ini lah yang nantinya menjadi salah satu pilar untuk menjalin ikatan yang kuat dalam membangun rumah tangga serta mewujudkan visi misi keluarga.

Berdasarkan materi yang dibagikan oleh Kakawai Lulu dan Kakawai Sugih, pengertian komunikasi sendiri menurut KBBI adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan pengertian produktif adalah mendatangkan (memberi hasil, manfaat).

Maka pengertian dari komunikasi produktif sendiri adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dan disampaikan dapat dipahami serta mendatangkan hasil.

Tujuan utama dari komunikasi adalah pesan yang tersampaikan dan diterima dengan baik. Namun dalam kenyataannya, tidak semua komunikasi bisa berjalan dengan baik. Tidak semua pesan dapat disampaikan dengan baik dan tidak semua pesan bisa diterima dengan baik pula. Ada beberapa gangguan yang menyebabkan itu semua.

Yang disebut gangguan komunikasi adalah masalah pada kemampuan untuk menerima, mengirim, memproses dan memahami konsep komunikasi. Konsep komunikasi tersebut bisa berupa verbal dan non verbal. Gangguan ini lah yang banyak mengakibatkan kesalahpahaman, perdebatan dan sampai pada perkelahian. Lalu bagaimana cara mengurangi gangguan dalam berkomunikasi?

Cara untuk mengurangi gangguan dalam komunikasi yaitu dengan melakukan pendekatan. Salah satunya adalah pendekatan subjek. Pendekatan subjek yang dimaksud yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi dengan pasangan dan komunikasi pada anak.

Lalu bagaimana cara untuk dapat melakukan komunikasi produktif agar dapat menjadi ibu profesional dimata keluarga? Check it out!

Menjadi Ibu Profesional dengan Membangun Komunikasi Produktif


1. Komunikasi dengan Diri Sendiri

komunikasi dengan diri sendiri
Mengapa melakukan pendekatan atau berkomunikasi dengan diri sendiri menjadi penting? Karena kosakata kita adalah output dari struktur dan cara kita berpikir. Dan pemilihan diksi (kosakata) merupakan pencerminan diri kita.

“Kata-kata membawa energi, maka pilihkah kata-kata kita”

Contoh dari komunikasi dengan diri sendiri adalah mengubah masalah menjadi sebuah tantangan yang menarik. Dengan menantang diri sendiri maka kita akan berusaha untuk menaklukkannya dengan usaha yang terbaik. Kemudian mengubah sesuatu yang kita anggap sulit menjadi menarik, dari banyaknya underestimate pada kemampuan diri sendiri, seperti “aku tidak tahu” diubah menjadi “Ayo, cari tahu!” atau dari “Aku tidak bisa” menjadi “Ayo, coba!”.

Dengan afirmasi dan usaha positif di atas, maka energi yang dihasilkan tubuh juga akan positif. Sehingga pikiran kita juga positif dan ini juga akan mempengaruhi suasan hati. Dengan suasana hati yang baik, kita bisa melakukan komunikasi produktif pada pasangan dan juga pada anak. Seperti quotes yang disampaikan Kakawi Lulu dan Kakawi Sugih saat menjelaskan materi.

Watch your thoughts, they become words. Watch your words, they become actions. Watch your actions, they become habist. Watch your habits, they become character. Watch your character, it becomes your destiny” (Lao Tzu)

 

2. Komunikasi dengan Pasangan

komunikasi dengan pasangan
Baik perempuan dan laki-laki memiliki FoR dan FoE masing-masing. Apa itu FoR dan FoE?
FoR adalah singkatan dari Frame of Reference, yaitu cara pandang, keyakinan, konsep, dan tata nilai yang dianut. Sedangkan FoE singkatan dari Frame of Experience, merupakan serangkaian kejadian yang dialami seseorang yang dapat membangun emosi dan sikap mental.

Agar dapat membangun komunikasi produktif yang lancar dengan pasangan, maka perlu menyamakn FoR dan FoE masing-masing dengan cara membagikan yang kutahu kepadamu dengan sudut pandangku agar kamu mengerti dan sebaliknya.

Menurut Pak Dodik, suami Bu Septi (Founder Ibu Profesional), ada 3 cara agar komunikasi dengan pasangan berjalan lancar, yaitu; Main bareng, Ngobrol bareng dan Berkegiatan bareng. Tujuannya antara lain agar kita dan pasangan sefrekuensi, sepemikira dan tentunya sehati. Hehe.

Satu hal yang perlu dihindari saat berkomunikasi dengan pasangan adalah memaksa. Memaksa untuk memakai pendapatku, sudut pandangku dan singkirkan pendapat juga sudut pandangmu. Sikap egois ini lah yang menjadi masalah utama dalam komunikasi dengan pasangan yang dapat mengakibatkan perdebatan dan berujung pada perkelahian.

Ada 4 cara untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi dengan pasangan, yaitu:

1. 2C = Clear and Clarify

Yaitu susun kalimat dengan jelas (Clear) dan gunakan kesempatan klarifikasi (Clarify) agar semuanya jelas, khususnya pesan yang disampaikan agar dapat diterima dengan baik dan benar.

2. Choose the Right Time

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan.

3. Kaidah 7-38-55

Menurut Albert Mehrabian, keberhasilan komunikasi terdiri dari 7% aspek verbal, 38% intonasi suara dan 55% bahasa tubuh.

4. Intensity of Eye Contact

Tataplah mata pasangan dengan lembut dan teduh saat berkomunikasi, beri kesan bahwa yang kita katakan adalah jujur, terbuka, dan tidak ada yang ditutupi.

3. Komunikasi dengan Anak

komunikasi dengan anak
Anak memiliki gaya komunikasi yang unik, salah satu contohnya anak tidak paham arti kata jangan. Ketika kita melarangnya menggunakan kata jangan, maka mereka malah akan melakukan apa yang kita larang. Betul kan? Hehe.

Nah, ada 11 cara untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi dengan anak agar mereka bisa menangkap dan memahami apa yang kita katakan. Agar mereka bisa melakukan apa yang kita inginkan dengan cara mereka. Apa saja kesebelas cara itu? Yuk, simak!

1. KISS = Keep Infromation Short and Simple. Langsung to the poin. Jangan bertele-tele, anak malah tidak mengerti apa yang sedang kita katakana padanya.

2. Gunakan intonasi suara yang menyenangkan, yang ramah dan menarik bagi anak.

3. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan.

4. Fokus ke depan, bukan masa lalu. Jadi tidak perlu mengungkit hal yang sudah berlalu.

5. Beri afirmasi positif pada anak, ubah kalimat tidak bisa menjadi bisa.

6. Fokus pada solusi, bukan masalah.

7. Jelas, dalam pujian dan kritikan.

8. Ganti nasihat dengan refleksi pengalaman.

9. Ganti kalimat interogasi menjadi kalimat pernyataan.

10. Ganti kalimat yang menolak atau mengalihkan perasaan menjadi bentuk empati.

11. Ganti perintah menajdi sebuah pilihan. Maka anak akan merasa dia melakukan suatu hal karena pilihannya bukan sebuah perintah.


Nah, itu tadi adalah cara efektif agar kita dapat membangun komunikasi produktif dalam keluarga. Tujuannya tentu agar kita bisa menyampaikan pesan, informasi hingga perasaan kita dengan baik pada lawan bicara dan meminimalisir gangguan yang sangat rentan terjadi dalam berkomunikasi.

Aliran Rasa Komunikasi Produktif pada Anak

Menghadapi anak pertama dimana belum banyak ilmu dan pengalaman yang kumiliki adalah sebuah tantangan bagiku. Setiap hari adalah tentang belajar. Belajar bagaimana harus menghadapi hal-hal mengejutkan yang dilakukan anak. Belajar bagaimana cara menjadi seorang ibu yang profesional untuk keluarga.

Menjadi stay at home Mom membuat hampir 24 jamku kuhabiskan bersama anak. Setiap harinya pasti ada masalah yang muncul, baik itu masalah baru atau yang sudah pernah terjadi. Setelah belajar materi dan tantangan Komunikasi Produktif yang diberikan oleh Kakawai Lulu dan Kakawai Sugih membuatku menemukan satu persatu solusi dari setiap masalah yang muncul.

Setiap masalah itu kini kusebut menjadi sebuah tantangan. Tantangan membujuk anak agar mau mandi, agar mau tidur siang, mau membersihkan mainan dll. Dengan ilmu baru ini, aku belajar mengelola dan memilih diksi agar dapat membangun komunikasi produktif pada anak agar respon dan perilaku anak yang diharapkan dapat tercapai.

Aku belajar menggunakan kalimat sederhana dan to the point saat memberinya sebuah informasi atau saat menasehatinya. Aku juga bermain dengan intonasi suaraku agar dia tertarik untuk mendengarkan dan merasa nyaman. Selain itu, aku sering sekali memberikan pilihan sebagai pengganti kalimat perintah.

Perubahan yang kurasakan adalah respon positif yang kudapatkan dari anak. Anak menjadi lebih tenang, jarang sekali uring-uringan, bersikap sangat manis dan menjadi penurut. Sedangkan perubahan yang kurasakan saat mengerjalan tantangan komunikasi produktif ini yaitu aku merasa lebih positif dan dapat mengendalikan emosi dengan baik. Memperhatikan kata-kata yang ingin kugunakan serta menjadi lebih baik dalam bersikap.

“Anak-anak mungkin tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah dalam meniru.”
Sendy Yunika
Stay at Home Mom - Blogger - Writer

Related Posts

24 comments

  1. Sampai sini aku jadi semakin paham cara omunikasi yang produktif. Masya Allah aku jadi seperti mendapatkan semangat dalam menyelesaikan tantangan hari ini, dari yang aku tidak tahu menjadi "ayo cari tahu" dan dari tidak bisa menjadi " ayo coba!" ah senangnya dapat suntikan semangat hari ini.

    Makasih mbak Sendy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama-sama Mb, semoga bermanfaat. terima kasih sudah mampir :)

      Delete
  2. Bunda sudah melaluinya, dan apa yang dibahas disini Insya Allah benar semua. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan dengan penerapannya saja. karena toiri dan praktek kadang bisa tak selaras

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul Bunda. meski sudah tau ilmunya tapi kadang penerapannya masih butuh praktek berkali-kali ya :D

      Delete
  3. jadi tahu aku mbak, tadinya kukira komuniksi efektif. Ternyata ada hal baru yang bisa kupetik dari komunikasi produktif. sangatbrelated dengan kehidupan sebagai seorang istri ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mb Win, aku pun baru tahu ilmunya. ilmu bagus gini ga bisa disimpen sendiri, harus diikat dan dibagikan :D

      Delete
  4. Semua isinya daging banget Mom, sampe-sampu aku bikin catetan dari artikel ini biar gampang aku terapin :D terima kasih telah menyajikan artikel penuh manfaat Mom Sendy, semoga sehat selalu :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. masyaAllah makasih mb, semoga mb juga sehat selalu :)

      Delete
  5. Baru tahu kaidah ini 7-38-55. Ternyata ada komposisi dalam komunikasi ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya pun pak. ternyata yang ambil andil besar bahasa tubuh ya :D

      Delete
  6. Wah, sangat bermanfaat untukku yg belum bisa berkomunikasi produktif, mbak. Makasih banyak, Mbak. Sehat-sehat yak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin.. mb juga ya! makasih kembali mb Naqi sudah mampir :D

      Delete
  7. masya allah aku rasanya sejak tadi ketohok tohok sama tulisan teman2 ttg anak dan bagaimana peranku membersamai mereka.
    ya allah betul nih 11 tips aku catet benr manfaat dan tampaknya ada yg terlewat aku praktikkan mkanya anakku agak ngegas akhir2 ini

    komunikasi itu kunci, itulah yang sejak awal aku sampaikan ke suami. apapun masalahnya jangan sampai kita lepas komunikasi.

    ReplyDelete
  8. Komunikasi ini memang paling penting ya dalam hubungan khususnya dalam keluarga. Aku penasaran juga nih ada kaidah komunikasi 7-38-55% ini :D Ternyata yang paling besar itu dengan bahasa tubuh juga ya^^ hihii,,

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, meski suara kita melengking tapi kalo bahasa tubuh memperlihatkan kehangatan mungkin lawan kita menganggap itu candaan ya mb :D

      Delete
  9. Terima kasih mbak Sendy atas sharingnya.... Komunikasi yang efektif dan produktif adalah salah satu kunci keharmonisan rumah tangga

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul banget pak dokter! terima kasih kembali sudah mampir :)

      Delete
  10. Komunikasi adalah koentji itu benar nyata adanya ya mba.. Beneran berpengaruh hubungannya dalma keluarga, nice sharing mbaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mb, kita harus belajar terus untuk bisa menerapkannya :D

      Delete
  11. Masha Alloh mbak, kalimat terakhirnya ngena banget nih, terima kasih mnal sendi artikelnya bagus banget nih

    ReplyDelete
  12. belajar komunikasi dari kecil sampe sekarang ya, aku juga masih menata tata bahasa ku agar bisa menyesuaikan kepada semua lawan bicara :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, ga ada habisnya kita belajar ya selama nyawa masih di badan hehe

      Delete

Post a Comment